Risiko Peningkatan Rabun Jauh Saat Pandemi

Penyakit mata merupakan gangguan kesehatan yang cukup sering terjadi pada masyarakat. Gangguan tersebut antara lain seperti mata merah, gatal, gangguan penglihatan, hingga kebutaan. Dari sekian banyak penyakit mata, ada beberapa penyakit mata yang umum terjadi di Indonesia, salah satunya rabun jauh.

Rabuh jauh atau dengan nama lain miopia merupakan kondisi gangguan penglihatan yang menyebabkan objek yang letaknya jauh akan terlihat kabur, namun tidak akan menjadi masalah jika objek tersebut dekat. Kondisi ini terjadi karena mata tidak dapat memfokuskan cahaya pada tempat yang semestinya, yaitu pada retina mata.

Gejala rabun jauh dapat terjadi pada siapa saja dan dari segala umur. Tetapi kondisi ini umumnya mulai dirasakan oleh anak-anak hingga usia remaja. Pada anak-anak, kondisi ini sering menyebabkan mereka kesulitan melihat huruf di papan tulis bila duduk di barisan belakang saat belajar di kelas. Sedangkan pada orang dewasa, keluhan yang umum terjadi misalnya sulit melihat rambu-rambu lalu lintas. Tentu kondisi ini sangat mengkhawatirkan.

Baca Juga: Work From Home Tetap Produktif dengan 5 Tips Ini

Apa saja penyebab terjadinya rabun jauh?

Rabun jauh dapat dipicu oleh empat faktor, yaitu:

  • GenetikSeseorang yang orang tuanya mengidap penyakit rabun jauh memiliki risiko lebih besar untuk menderita rabun jauh.
  • Kurang Sinar MatahariSeseorang yang jarang beraktivitas di luar ruangan lebih berisiko menderita rabun jauh karena kurang mendapatkan cahaya sinar matahari.
  • Kekurangan Vitamin DSebuah penelitian mengatakan bahwa seseorang yang mengalami kekurangan vitamin D akan berisiko mengalami penyakit rabun jauh.
  • Pengaruh LingkunganSeseorang yang sering membaca dengan jarak terlalu dekat, menonton dengan durasi terlalu lama, atau radiasi layar monitor gadget akan membuat mata lelah dan mudah terkena rabun jauh.

Apakah rabun jauh berbahaya bagi kehidupan sehari-hari?

Di masa pandemi COVID-19, belajar sistem daring atau home learning saat ini harus dilakukan oleh semua pelajar. Tak hanya itu, WFH atau bekerja dari rumah juga masih berlaku oleh sebagian karyawan. Tentu kondisi ini akan semakin berbahaya bagi kesehatan mata. Menatap layar laptop atau komputer yang menjadi lebih sering dari sebelumnya bisa menambah pertambahan minus bagi yang sudah mengidap rabuh jauh sebelumnya.

Dikutip dari situs Krjogja.com, menurut dokter ahli mata, Prof Suhardjo menjelaskan bahwa saat ini rabun jauh menjadi fenomena di dunia, apalagi saat semua harus belajar dan bekerja dari rumah, sementara aktivitas fisik kurang diperhatikan. Jika sudah seperti ini, apa yang bisa Anda lakukan?

Ya, langkah penanganan rabun jauh yang paling sederhana adalah dengan menggunakan kacamata. Sinar biru atau blue light yang terpancar pada gadget atau komputer dapat melemahkan fungsi sel-sel pada mata, dan membuat mata lelah serta dapat mengganggu kinerja retina. Dengan menggunakan kacamata, memungkinkan terjadinya penambahan minus menjadi berkurang serta dapat mencegah terjadinya kerusakan mata lainnya

K-Ion Nano Premium 5 teruji dapat membantu Anda untuk menangkal sinar biru dan sinar UV yang bisa menyebabkan kerusakan pada mata. Kacamata kesehatan ini terbuat dari bahan thermoplastic rubber dengan tambahan teknologi nano. Tak sampai di situ, K-Ion Nano Premium 5 juga dapat memancarkan energi ion negatif dari sinar infra merah jarak jauh dalam bentuk partikel nano yang sangat baik bagi mata.

Perlu Anda ketahui, ion negatif bisa meningkatkan sistem imunitas tubuh dan dapat meningkatkan suplai oksigen ke mata, dengan begitu mata Anda tidak mudah lelah meski harus belajar dan bekerja dari rumah. K-Ion Nano Premium 5 tersedia dalam tiga pilihan warna, black-purple, black-black, dan black-pink. Yuk segera dapatkan melalui distributor resmi K-LINK atau secara online di K-Net atau K-Mart. (Dedi/Annisa/Rahma)

Artikel Rekomendasi: Gaya Baru Pelajar: Belajar Melalui Siaran Televisi