Perbedaan Cara Penanganan Pasien Diabetes di Singapura dan Indonesia
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan lainnya. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita. Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini.
Baca Juga: https://k-link.co.id/cegah-asma-dengan-k-ayurveda-ayuasmo/
Lalu, apa perbedaan cara penanganan pasien diabetes di Indonesia dan di Singapura? Dokter Ryan Tan selaku kepala pusat endokrinologi di Singapura menjelaskannya saat kunjungan beliau ke Indonesia. Hal paling utama yang menjadi perbedaan adalah dari obat yang diberikan kepada pasien. Dokter terapi di Indonesia biasanya memberikan metformin, siofor, glucophage, galvus dan obat-obat jenis lainnya. Obat tersebut tidak menghilangkan diabetes, melainkan mengurangi jumlah glukosa dalam darah dan bersifat sementara. Jadi ketika efek obat tersebut habis, kadar glukosa akan meningkat lagi. Hal ini lah yang menyebabkan pasien diabetes di Indonesia sangat ketergantungan dengan obat.
Namun ada hal yang harus diperhatikan, peningkatan gula darah yang terjadi selama terapi berbahaya bagi tubuh Anda. Mereka secara perlahan menghancurkan pembuluh darah dan organ dalam. Hal ini berarti penyakit diabetes dapat menyebabkan masalah pada penglihatan, jantung, sistem reproduksi, gagal ginjal dan sebagainya akan terjadi dengan sendirinya. Yang mengejutkan, pengobatan tersebut sudah tidak digunakan di rumah sakit Singapura selama 20 tahun dan hanya digunakan dalam kondisi sangat mendesak dengan jumlah yang terbatas.
Di Singapura, lebih dari 60% penderita diabetes benar-benar kembali ke kehidupan yang sehat. Semua berkat pendekatan yang sama sekali berbeda untuk terapi. Tentu saja, kita berbicara tentang diabetes tipe kedua yang berkaitan dengan usia (karena biasanya muncul seiring bertambahnya usia). Itulah tentang Insulin-Independent Diabetes. Ilmuan di Singapura menyadari bahwa kadar glukosa dalam darah dinormalisasi tidak hanya dengan meningkatkan kadar insulin, tetapi juga dengan meningkatkan reaksi pemecahan glukosa itu sendiri, artinya menurunkan resistensi insulin. Dengan pendekatan ini, jauh lebih sedikit insulin diperlukan untuk pemecahan glukosa lengkap dalam banyak kasus diproduksi oleh tubuh itu sendiri.
Jadi hal terbesar dari perbedaan penanganan di Singapura dibandingkan di Indonesia adalah bukan hanya menurunkan kadar gula darah, tetapi juga menormalisasikan fungsi pankreas pada diabetes tipe 2. Proses ini tidak instan dan membutuhkan waktu 6 – 12 bulan. Namun pasien tersebut tidak perlu lagi mengontrol gula darahnya dan tidak perlu takut lagi diabetes akan menghancurkan tubuhnya.
Rahasianya adalah kapsul khusus untuk diabetes tipe 2 di Singapura. Kapsul ini komponen utamanya adalah ekstrak Andrographis paniculata. Zat ini mampu memperkuat reaksi pemecahan glukosa lebih dari tujuh kali lipat yang mengarah pada normalisasi kadar gula darah dan penurunan resistensi terhadap insulin dalam tubuh. Selain Andrographis Paniculata Herba, ada juga ekstrak Gymnema Sylvestre Leaf dan ekstrak Fructus Momordica Charantia Bark yang bermanfaat untuk menstabilkan gula darah dan menstabilkan kadar insulin dalam darah, serta bersifat immunomodulator. Semua bahan ini terdapat pada K-Ayurveda AyuAsmo.
K-Ayurveda AyuAsmo mengandung ekstrak bahan alami termasuk Andrographis paniculata, Gymnema Sylvestre Leaf, Fructus Momordica Charantia Bark. Ekstrak bahan alami lainnya juga bermanfaat dalam menurunkan dan menstabilkan gula darah, menguatkan dan menormalkan fungsi pankreas, memperkuat pemecahan glukosa dalam darah, serta meningkatkan sistem imunitas tubuh. Konsumsi K-Ayurveda AyuAsmo secara rutin agar gula darah stabil dan terbebas dari masalah diabetes. (Dedi/Jody/Rahma)
Artikel Rekomendasi: https://k-link.co.id/berikut-adalah-tips-detoks-tubuh-menggunakan-k-ayurveda/