Memutuskan Untuk Bahagia

Pada saat bangun pagi, belum terjadi apa pun. Apapun yang terjadi semalam, kemarin, hari sebelumnya, minggu lalu sudah di belakang Anda.Pagi Anda sejernih kristal Anda belum melakukan apapun. Kosong. Namun tiba- tiba, meloncatlah pikirantentang bagaimana presentasi Anda berantakan, konflik yang ada di jaringan bisnis Anda, pasangan dan anak Anda rewel, hubungan dengan upline dan downline, omset belum naik.Lalu muncul suara pendukung,“Kamu nggak akan bisa berhasil !”, “Kamu akan mempermalukan diri sendiri” dan lain-lain. Nah, sekarang. Anda sudah “merasakan” sesuatu kan?Kitalah yang mengkreasi ‘alasan” sebelum perasaan kita muncul. Kita yang mengundang perasaannya. Kita menciptakan alasannya.Jika Anda bisa “bahagia” atau “susah” dengan sengaja, mana yang Anda pilih? Mana yang Anda inginkan? Maukah melakukan untuk mewujudkannya? Normalnya orang akan menunggu sampai mereka mendapatkan apa yang mereka ingin untuk bisa bahagia. Bagaimana dengan ide menjadi bahagia dulu untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkan? Jadi, menjadi bahagia adalah “bagaimana” mencapainya bukan hasil yang dicapai.Prinsipnya: input normal, output normal, input tidak normal, output tidak normal.Memutuskan bahagia dalam situasi tidak menguntungkan adalah ide gila.“Memang gila, maka hasil yang saya nikmati sekarang juga tidak normal.”Pernah mendengarkan pertanyaan, “mana lebih dulu, bahagia atau senyum? Orang standart akan menjawab “tentu bahagia dulu, baru saya bisa tersenyum”. Orang tidak standar akan menjawab “agar bisa bahagia, makanya saya tersenyum”. Pilihan cara berpikir yang memang tidak biasa!Apakah dalam situasi yang buruk sekalipun ada orang yang tetap bisa mengontrol emosi, tenang, bahkan bisa tersenyum? Tentu saja bisa !“Kebahagiaan berawal dari keputusan untuk bahagia !”Bahagia adalah soal keputusan sendiri. Demikian juga mengeluh, marah, kesal, frustasi dan lainnya. Kita berhakmemutuskan respon seperti apa terhadap berbagai situasi atau hasil yang kita peroleh. Kita yang memegang kendali pikiran kita sendiri, bukan?Keputusan bahagia itu datang dari dalam, dari dunia internal kita.Bahagia juga urusan internal, bukan eksternal !Sangat aneh rasanya jika memandang orang lain untuk wajib membahagiakan kita. Hanya karena mereka suami, istri, anak, teman, keluarga atau lainnya, bukan berarti mereka wajib membuat kita bahagia, kita tidak otomatis punya hak untuk menuntut kebahagiaan dari mereka!Nah, sekarang bagaimana pendapat Anda kalau saya mengatakan, bahwa dengan memutuskan untuk bahagia, Anda justru akan lebih sering mendapatkan apa yang Anda inginkan?

Kuncinya adalah : “ bahagia dulu, baru sukses ”bukan menunggu sukses baru bahagia !Untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan justru adalah dengan kebahagiaan. Milikilah pikiran yang luas dan berkelimpahan (abundance mindset) dan hati yang jernih seluas samudera dan berkelimpahan (abundance heart-set), tidak “mabuk” ketika dipuji, tidak pusing dan mudah tersinggung ketika dapat kritik negatifdari para “haters”. Saya suka sekali ungkapan Gus dur .” Gitu aja ko repot” maknanya dalam. Putuskan kebahagiaan Anda setiap hari, segera setelah bangun tidur! “Bahagia adalah sebuah keputusan”Have a positive day !Semoga hari ini Anda bahagia, sukses berkah dan berkelimpahan !

Orang Menjadi BAHAGIA,Jika Mereka Mengkondisikan Pikiran Mereka BAHAGIA