Segera Kenali Tanda Gejala Sulit Makan Pada Anak
​Hallo, Mitra K-LINK! Apakah Anda seorang ibu yang memiliki balita sulit makan? Jika iya, Anda tidak sendiri, karena hampir 50% anak- anak usia 1 hingga 3 tahun akan mengalami fase ini. Ketika anak menginjak usia 1 sampai 3 tahun, biasanya mereka mulai pilih-pilih makanan atau biasa disebut food preference. Food preference terbagi menjadi dua bagian, yaitu picky eater dan selective eater. Apa sajakah perbedaan keduanya? Yuk, simak penjelasan berikut.
Pada dasarnya, preference food merupakan bagaian dari proses perkembangan anak, yakni neofobia yang bermanfaat untuk melindungi anak dari segala sesuatu yang dapat menjadi racun, atau makanan yang berbahaya. Neofobia merupakan respon menolak makanan baru, respon neofobia mampu melindungi anak dari makanan yang beracun. Namun, respon neofobia berkelanjutan membuat anak Anda menjadi picky eater atau selective eater.
Baca Juga: http://www.k-link.co.id/product/artno/240/Pentingnya-Omega-3-untuk-Pertumbuhan-Anak
Seorang anak picky eater masih mau mengonsumsi makanan, baik yang sudah pernah dimakan maupun yang belum namun hanya dalam porsi yang sedikit, sehingga tidak cukup banyak untuk memenuhi nutrisi anak. Sedangkan anak selective eater lebih memilih makanan yang sudah pernah dimakan dan disukai saja, biasanya makanan yang disukai anak-anak ialah makanan yang gurih dan sangat minim sayur-sayuran. Anak-anak picky eater dan selective eater biasanya lebih menyukai makanan cepat saji dan tidak menyukai sayuran.
Selain karena alasan diatas, anak berumur 1 hingga 5 tahun biasanya sangat aktif dan senang mengeksplorasi lingkungan sekitar. Karena itu, kegiatan makan kurang disukai dan dianggap membosankan. Berikut ciri-ciri anak yang mengalami food preference:
- Sangat pemilih makanan
- GTM (Gerakan Menutup Mulut)
- Menepis makanan
- Tidak mau menguyah makanan
- Suka memuntahkan makanan
- Hanya mau makan menu yang disukai saja.
Anak yang cenderung memilih-milih makanan biasanya tidak terlalu menyukai sayuran dan buah-buahan, mereka lebih menyukai makanan cepat saji seperti sosis, nugget, atau mie instan. Tentu kandungan gizi pada makanan cepat saji sangat minim, tidak sebanyak sayuran dan buah-buahan.(Foto : https://pxhere.com)
Sayuran dan buah mengandung gizi seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh selama masa tumbuh kembang anak. Jika kondisi picky eater pada anak berlangsung dalam jangka waktu panjang, kondisi ini tentu bisa berdampak pada tumbuh kembang anak, efek yang mungkin terjadi seperti:
- Anak sulit mengalami kenaikan berat badan
- Mengalami stunting
- Pertumbuhan tinggi badan yang kurang
- Mempengaruhi kecerdasan anak
- Sistem imunitas yang rendah
- Anemia
- Mudah sariawan
- Mata kurang terang, kulit kurang cerah, gigi yang keropos, dan rambut mudah rontok
(Foto : www.foodnetwork.com)Untuk itu seorang ibu harus bisa berkreasi didapur, untuk menyajikan makanan yang lebih bervariasi. Selain itu, wawasan mengenai nilai nutrisi juga sangat penting, hal ini dapat mendorong para ibu untuk memberikan makanan yang sehat untuk anak.
Selain sayuran dan buah-buahan, anak tetap membutuhkan kandungan karbohidrat, protein hewani dan nabati, serta lemak baik. Kandungan nutrisi yang seimbang sebaiknya selalu menjadi pedoman dalam membuat menu makanan anak. Jangan biarkan anak mengalami gangguan perkembangan akibat nutrisi yang tidak seimbang. (Fina/Jody)
Artikel Rekomendasi: http://www.k-link.co.id/product/artno/560/Cara-Meningkatkan-Kecerdasan-Anak-Anda