Haris Nasution – Crown Ambassador

Pikiran kita

adalah

pilot kita

Putra bungsu dari 6 bersaudara pasangan (Alm.) Khalil Nasution dan (Almh.) Asmiah Lubis ini sejak kecil telah tertempa hidup dalam kekurangan. 

Pada kondisi serba pas-pasan,  ia bersyukur bisa menamatkan sekolah Aliyah setara (SMU). Kendala ekonomi keluarga memupuskan harapannya melanjutkan kuliah sehingga ia harus segera bekerja. Putra bungsu dari 6 bersaudara pasangan (Alm.) Khalil Nasution dan (Almh.) Asmiah Lubis ini sejak kecil telah tertempa hidup dalam kekurangan. Pada kondisi serba pas-pasan,  ia bersyukur bisa menamatkan sekolah Aliyah setara (SMU). Kendala ekonomi keluarga memupuskan harapannya melanjutkan kuliah sehingga ia harus segera bekerja.

Krisis  moneter  tahun 1997 memaksanya merantau ke Pekanbaru dan bekerja sebagai  karyawan di perusahaan excavator di hutan rimba selama 3 tahun. Perubahan hidup yang diimpikannya tidak kunjung tiba sehingga ia memutuskan kembali ke Medan.

Sang abang ipar menawarkannya pekerjaan sebagai tukang gulung dinamo di bengkel. Bekerja keras dari pagi hingga larut, tetap tak sebanding dengan hasil yang diperoleh. “Saya bertahan selama 5 tahun dengan harapan suatu hari akan memiliki bengkel gulung dinamo sendiri. Tetapi harapan itu musnah karena tak dapat menabung dari penghasilan yang terlalu minim,” kenang Haris.

Ia mengenal K-LINK ketika diajak abang kandung (yang kemudian menjadi upline langsungnya, DM SLC  Ali Hanafiah Nasution) untuk  menjenguk bosnya, CA GLC Sutrisno di rumah sakit. Saat itu ia melihat tempelan koyo  di kaki Sutrisno,  “Ini Kinotakara dari K-LINK, menyedot racun dari dalam tubuh. Produk bagus dan bisnisnya bisa membuat perubahan hidup. Nanti  saya jelaskan sepulang dari rumah sakit,“ ujar Sutrisno.

Sebenarnya tidak terbesit selintas pun dalam pikiran Haris bergabung dengan K-LINK, tetapi perkataan Sutrisno membuatnya merenung, “K-LINK  perusahaan besar dan memiliki tempat  belajar yaitu K-SYSTEM. Kalau mau belajar, hidup Haris kelak bisa berubah. Tidak selamanya jadi tukang gulung dinamo.” 27-12-2005 ia  mengambil  keputusan untuk bergabung bersama K-LINK.

20 bulan ia hanya berjualan produk tanpa melakukan cara yang benar, karena berpikir cukup jualan saja sudah bisa kaya. “Tetapi saya malah lelah, jenuh dan tidak bisa bayar kredit sepeda motor. Saya berniat meninggalkan K-LINK, tetapi  teringat  pada seseorang yang selalu mendorong untuk belajar di K-SYSTEM dan memberanikan diri untuk membuat janji  bertemu beliau.”

“Apa yang Haris inginkan di K-LINK?” tanya beliau.

”Saya ingin punya penghasilan Pak”.

“Untuk apa?“

“Untuk bayar kredit sepeda motor. Apapun yang Bapak anjurkan Haris siap lakukan.”

Dari arahan SCA PLC Iwan Hartanto itu, niat meninggalkan K-LINK pun lenyap. Ia memutuskan untuk total system dan menjadikan Iwan menjadi pelatih. “Beliau mengatakan orang-orang yang sudah sampai ke puncak sudah membuat jejaknya yaitu Foundation Pack, Haris hanya tinggal mengikuti jejak itu dengan membaca buku positif, mendengarkan kaset, dan hadir ke pertemuan. Jalankan vital sign, segitiga S, konsultasi dan teachable kepada upline”.

“Alhamdulillah melalui bimbingan pelatih yang sangat rendah hati dan pembelajaran dari  K-SYSTEM, walaupun hanya  seorang tukang gulung dinamo, Juni 2010 saya meraih peringkat Crown Ambassador dan Juni 2012 masuk dalam PLC,” ujar suami dari Nurasmaini Rangkuti ini. Bersama K-LINK, impian berangkat umroh, memiliki kendaraan, dan jalan-jalan ke luar negeri telah terwujud.

“Saya berterima kasih pada Presiden Direktur K-Link Indonesia Dato’ DR. MD. Radzi Saleh. Melalui training BOB saya menemukan jati diri dan arah hidup. Terima kasih untuk upline SCA Iwan Hartanto yang telah membimbing hingga mengubah pola pikir saya terhadap bisnis ini, serta kepada upline RCA Santoso Nyotokusumo, RCA H. Erwin, CA Setyo Darmo, CA Pinta Ulina Taringan, CA Keriyawan Sembiring, CM Emmy Mariyati Hrp, CA Sutrisno, DM Ali Hanafiah Nasution, serta seluruh downline. Semoga Allah meridhoi usaha kita meraih kesuksesan bersama K-LINK.”