Royal Crown Ambassador (RCA) berhasil diraih Rivai Djatmika pada Januari 2010 lalu. Ia mengaku, keluar dari zona nyaman dan meraih peringkat tertinggi ini berkat tantangan yang disodorkan isterinya tentang obsesi masa kecilnya.
Bagi RCA Rivai, perjuangan dan kesuksesannya di bisnis K-LINK ini memberikan inspirasi besar, bahkan salah satu ikon di industri pemasaran jaringan. Ia dikenal sebagai “Si Tukang Ikan Bakar dari Yogya” yang meraih sukses karena tekadnya bertahan sebagai perantau di kota pelajar itu. “Banyak tantangan yang saya hadapi sejak awal, tapi tekad meraih sukses di bisnis ini tak pernah pupus dalam benak saya,” ungkap pria asal Gombong, Kebumen ini.
Di tahun 2004, ia sepenuhnya menggeluti bisnis ini setelah putri pertamanya, Nissa jatuh dari kursi dan mengalami gegar otak ringan karena menunggui kedua orangtuanya berjualan. Momentum itu menjadi awal kebangkitan kehidupannya selanjutnya.
Peringkat demi peringkat diraihnya. Meski tak bisa dibilang mudah, tak ada yang terlalu mustahil diraihnya di bisnis ini. Sebelum sampai pada tahap RCA, peringkat Senior Crown Ambassador (SCA) diraihnya pada Juni 2006, peringkat yang dienyamnya selama hampir 4 tahun. Dari peringkat tersebut, ia sudah bisa menikmati dua rumah besar nan nyaman, empat mobil mewah, penghasilan ratusan juta rupiah perbulan, serta investasi dalam bentuk properti di Yogyakarta dan Surakarta. Hingga suatu hari, tantangan meraih peringkat tertinggi disodorkan isterinya, yang tahu benar obsesinya di masa kecil.
Kecuali keluarga dekat dan isterinya, tak ada yang tahu mimpi, bahkan obsesinya di masa kecil. Pria bungsu dari 9 bersaudara dari keluarga pengusaha penggilingan padi ini, sejak kecil memiliki hobi ngebut dengan sepeda mini cross (BMX). Menjadi pembalap sepeda motor pun menjadi obsesinya kemudian saat remaja.
Di usia 14 tahun, mimpinya memiliki motor trail kandas, karena ayahnya dipanggil Sang Khalik. Kepergian ayahnya tak saja membuat ekonomi keluarga makin sulit, tapi kian mengubur mimpinya memiliki motor trail. Setelah lulus dari SMA Negeri Kutowinangun Kebumen tahun 1992, bukan bangku kuliah yang dinikmatinya, melainkan fakta kehidupan lain yang harus dihadapinya. Ia sempat menjadi pedagang suvenir di jalanan Malioboro, Yogyakarta, pemasar dan kolektor di perusahaan finansial. Berbisnis ponsel dan genteng metal, yang semuanya berakhir dengan gulung tikar, hingga ia harus banting stir membuka warung ikan bakar.
“Setelah berperingkat SCA, tantangan saya menjadi sangat berbeda. Dulu saya tinggal di kamar kos, ke mana-mana naik sepeda motor, kini tinggal di rumah besar nyaman dengan empat mobil mewah. Banyak hal menjebak saya dalam zona nyaman ini,” ungkapnya mengenang.
Saya harus kembali fokus dengan terus membantu para downline yang masih berjuang meraih sukses. Saya harus menjadi teladan bagi mereka, dan membuktikan bisa meraih peringkat tertinggi di K-LINK,” katanya antusias.
Sebuah tantangan pun disodorkan isterinya, yang tahu persis obsesinya yang lama terpendam. Sang isteri membelikan motor trail seharga 60 juta rupiah, dan mengatakan, “Jika sudah jadi Royal Crown Ambassador, bawa motor ini ke panggung Recognition.” Tantangan isterinya membuat adrenalinnya naik! Enam bulan sejak itu, ia fokus berjuang.
“Alhamdulillah, motor trail saya sampai juga naik di atas panggung Recognition pada 13 April 2010 di Semarang. Tak apa gagal menjadi Crosser, yang penting bisa bergaya layaknya Crosser yang diberi penghargaan New Royal Crown Ambassador!” kata ayah dari Nissa, Tia dan Rifka ini sambil tertawa geli bahagia.
Atas pencapaian ini, Rivai sangat berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung kesuksesannya, yakni kepada keluarga, upline sponsoring, RCA Calvin, upline pelatih RCA H. Hendri Rikianto yang selalu memberi pembelajaran, manajemen K-LlNK Indonesia, dan yang terpenting, semua downline yang turut berjuang dalam pencapaian ini. “InsyaAllah, saya akan terus berjuang bersama mereka, karena saya yakin, mereka akan menjadi yang berikutnya!” katanya menyudahi wawancara.