Konsep Diri
Sering kita melihat banyak orang sebenarnya diberikan kesempatan yang sama, namun hasilnya berbeda. Bahkan terjadi juga pada saudara kembar, yang jelas dididik pada lingkungan, budaya, dukungan dan faktor-faktor luar lainnya yang hampir sama. Ada yang berhasil, ada juga yang tidak berhasil. Mengapa hasilnya berbeda, mulailah kita mencari-cari jawabannya, namun seringkali orang lebih melihatnya karena faktor-faktor di luar dirinya. Kalau Anda sudah membaca artikel saya yang berjudul Prinsip 90:10, yang secara singkat menjelaskan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh 10% faktor-faktor di luar dirinya dan 90% ditentukan dari cara seseorang bereaksi (baca: faktor-faktor di dalam dirinya). Faktor penentu terbesar adalah belief system, sistem nilai yang dipercayainya benar yang akan membentuk konsep dirinya.
Konsep diri inilah yang membuat perbedaan yang jauh. Saya ingat sepenggal cerita yang sering dibawakan dalam materi-materi motivasi. Alkisah tentang dua kakak beradik yang sama-sama mengelola toko kelontong miliknya masing-masing. Sang Ayah memberikan modal yang sama besarnya kepada kakak-beradik ini untuk menjalankan usaha toko kelontong yang lokasinya satu sama lain tidak terlalu jauh berbeda. Sebelum sang ayah meninggal, ia berpesan tentang dua hal kepada anak-anaknya, “Pertama, jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu. Kedua, setiap pergi dari rumah ke toko atau sebaliknya jangan sampai terkena sinar matahari.”
Masing-masing berusaha mengelola tokonya dengan menjalankan pesan ini. Setelah beberapa tahun, toko si sulung berkembang semakin besar, barang-barangnya semakin banyak dan ia bertambah kaya. Sebaliknya, usaha adiknya semakin menurun, barang-barangnya semakin menyusut dan menjadi semakin miskin.
Ibunya yang melihat hal itu merasa heran dan menanyakan kepada masing-masing anak. Anak yang lebih kecil menjawab, “Semua ini karena saya mengikuti pesan ayah. Pesan pertama, saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih. Ayah juga berpesan agar setiap pergi dan pulang dari rumah ke toko saya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya selalu membawa mobil atau naik taksi menuju toko atau pulang kerumah. Padahal, kalau mau dengan berjalan kaki saja sampai, tetapi karena pesan ayah demikian maka pengeluaranku menjadi bertambah banyak.
”
Sedangkan anak yang lebih tua menjawab, “Semua ini berkat dua pesan ayah tersebut. Pertama ayah berpesan supaya saya tidak menagih hutang kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak menghutangkan kepada orang lain sehingga modal saya tidak susut. Kalau ada orang yang ingin berhutang, saya lebih senang memberikan bantuan uang sesuai kemampuan saya saja, sehingga tidak perlu menagih hutang.
Ayah juga berpesan agar setiap berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya selalu berangkat ke toko dengan berjalan kaki lebih awal sebelum matahari terbit dan pulang ke rumah lebih lambat sesudah matahari terbenam. Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup. Kebiasaan itu menjadikan banyak orang tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih panjang.”
Kemampuan seseorang menangkap pesan, pelajaran, strategi, dan sebagainya, tergantung pada konsep dirinya. Jika konsep dirinya “positive attitude” maka ia akan mengartikannya dengan positif, pikirannya positif, tindakannya positif dan hasilnya pun positif. Sebaliknya kalau pesan itu ditangkap dengan persepsi yang berbeda, maka pesan itu dianggap sebagai sebuah kesulitan bukan sebuah tantangan, hal ini akan mempengaruhi pikiran dan tindakannya, dan hasilnya adalah sesuatu yang negatif.
Konsep diri seperti sebuah sistem operasi yang mempengaruhi mental dan kemampuan berpikir seseorang. Hal ini dapat masuk ke dalam pikiran seseorang dan mempunyai bobot pengaruh yang besar terhadap kemampuan menerima dan mempersepsikan setiap pesan yang datang. Semakin positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah menangkap dan mempersepsikan setiap pesan yang datang menjadi sebuah pesan yang positif.
Demikian juga sebaliknya.
Konsep diri terbentuk dari apa yang Anda alami, baca, dengar dan hal-hal lain yang masuk ke dalam otak Anda sehari-hari dalam waktu yang panjang (minimal 90 hari) yang akan mempengaruhi nilai-nilai yang Anda percayai. Kalau Anda menjalankan secara rutin sistem K-System, khususnya mendengarkan kaset-kaset, membaca buku-buku yang dianjurkan dan datang ke setiap pertemuan, maka Anda dengan sengaja mengontrol apa yang masuk ke dalam pikiran. Lebih banyak mengizinkan arus masuk positif dan memblok hal-hal negatif dalam otak Anda, maka tanpa Anda sadari dengan berjalannya waktu Konsep Diri Anda berubah menjadi positif.
Sebenarnya waktu yang diperlukan untuk sukses di bisnis ini sangatlah singkat dibandingkan bisnis lain. Mengapa banyak yang lama suksesnya, memang 10% karena faktor luar, namun 90% lebih banyak waktu dihabiskan untuk membangun Konsep Dirinya untuk menjadi konsep diri yang benar sesuai dengan konsep diri orang-orang yang sukses. Semakin orang menutup diri (kebanyakan karena tertutup oleh ’lemak egonya’ yang tebal), untuk tidak merubah konsep dirinya semakin lama juga suksesnya, karena konsep diri ini adalah kunci utamanya. Saya tidak menutup kenyataan bahwa di dalam bisnis ini ada orang-orang yang ’menang lotre’ (walaupun dari 1000 orang hanya 1, kalau di bisnis lain dapat warisan) bisa mencapai peringkat tinggi karena dua leg-nya aktif dengan sendirinya. Namun dengan berjalannya waktu jika orang-orang ini memiliki konsep diri yang salah dan tidak segera mau berubah, mereka pun akan tersandung sendiri oleh konsep dirinya dan kembali ke bawah.
Seperti yang didengung-dengungkan oleh presiden terpilih Amerika Serikat Barack Hussein Obama. Change!
Berubah adalah kuncinya. Berubahlah ke Konsep Diri Positif yang akan menentukan nasib Anda dan keluarga Anda.